Judul : Jangan Masuk Rumah Itu!
link : Jangan Masuk Rumah Itu!
Jangan Masuk Rumah Itu!
.
Oleh: Aslan Mms
.
.
Sebuah rumah mega dengan halaman yang luas berada di sudut desa pinggir kota. Rumah yang bernuansa klasik itu, memiliki lima anak tangga yang lebar dengan teras yang besar dan dihiasi pagar terbuat dari kayu yang kini sudah mulai lapuk. Selain itu, beberapa bagian kaca jendela pun sudah pecah, diganti oleh sarang laba-laba yang seolah sengaja menutupnya.
.
Sebelum menepi di rumah itu, para tamu terlebih dulu harus melewati gerbang besi yang kini sudah dijalari oleh rumput liar. Bebatuan yang dulunya sebagai jalan menuju rumah itu kini sudah tertutupi rumput setinggi mata kaki, hanya beberapa saja yang masih bisa dilihat jelas.
.
Warga desa sekitaran rumah itu berada menyebutnya rumah setan. Sudah dari nenek-moyang mereka melarang anak-cucunya bermain apalagi sampai masuk ke dalam rumah itu. Oleh sebab itu, rumah tersebut tak pernah tersentuh dan menjadi sangat tak terawat. Tidak pernah ada yang tahu siapa pemilik rumah tersebut. Menurut cerita turun-temurun dari warga, 70 tahun lalu pernah ada yang tinggal di situ. Tapi, semuanya mati dibunuh.
.
Ada juga yang bercerita, ketika malam tiba di rumah itu kerap mengeluarkan suara teriakan dan tangisan, lalu disusul dengan suara gaduh. Namun, tidak ada warga yang berani merobohkan rumah itu. Warga beralasan, jika rumah itu di robohkan, hidup mereka tidak akan bisa tenag, mereka akan terus dihantui oleh pemilik rumah itu yang dulu mati karena dibunuh.
.
Sayangnya, informasi itu tidak membuat ketiga sahabat yang suka berpetualan ke tempat-tempat menyeramkan merasa gentar, apalagi sampai mengurungkan niat mereka mencaritahu kebenaran tentang rumah yang katanya berhantu itu.
.
Usai meminta izin kepada ketua RW, desa setempat. Jeje, Lian, dan Yayan, langsung bergerak menuju letak rumah berhantu itu.
.
Tidak perlu menghabiskan waktu berjam-jam, hanya sekitar 30 menitan mereka sudah sampai di depan gerbang rumah berukuran besar itu.
.
Cahaya rembulan seolah sengaja memberikan mereka penerangan. Pemandangan pertama yang mereka saksikan ialah: asap cukup tebal yang menyelimut sekitaran rumah. Entah dari mana asap tersebut, yang jelas Jeje mengambil kesimpulan; bisa saja asap tersebut akibat orang yang bakar sampah petang tadi.
.
Yayan menyalakan Handycam saat Lian mendorong pagar besi yang dijalari rumput liar. Derit pagar itu seakan memberi sinyal kalau rumah itu benar-benar seram.
.
Namun ketiga mahasiswa itu tidak memedulikan. Mereka terus berjalan sembari memerhati halaman yang dipenuhi ilalang serta pohon-pohon besar yang diperkirakan sudah berumur ratusan.
.
Jeje menyalakan senter dan ia arahkan ke atas pohon-pohon yang menghias halaman rumah tersebut. Ranting dan daun pohon di sana sangat lebat, tapi tak terawat. Di sudut kiri rumah itu juga berada rumpun bambu yang sangat rindang. Semua itu mereka acuhkan karena rasa penasaran semakin mendominasi.
.
Langkah demi langkah membawa mereka sampai di depan pintu rumah. Pintu dengan dua daun yang terbuat dari kayu itu terlihat masih utuh meski warna catnya sudah didominasi oleh debu.
.
Mereka berniat masuk ke dalam rumah. Tapi tiba-tiba, angin berembus membawa daun-daun kering ke arah mereka.
.
"Apa ini pertanda?" Jeje merasa ragu masuk ke dalam rumah itu.
.
"Mungkin saja. Dari awal aku sudah merinding. Apa lebih baik kita batalkan saja masuk ke dalam rumah?!" Lian meninpali.
.
"Tidak kawan! Itu hanya kebetulan saja. Lagipula kalau benar di dalam sana ada hantunya, itu bagus, kan?" Yayan memberi pendapat berbeda.
.
"Bagus apanya? Bisa-bisa aku kencing dicelana!" celah Lian, yang disambut gelak tawa Jeje dan Yayan.
.
"Sudah, jangan banyak alasan. Kita sudah jauh-jauh datang hanya untuk merekam isi di dalam rumah ini. Mana mungkin kita pulang tanpa membawa hasil apa-apa. Sia-sia, kan?"
.
Lian tak bisa memberikan jawaban. Yayan langsung mendorong pintu rumah itu. Lagi-lagi derit suara engsel membuat bulu kuduk mereka berdiri. Di dalam gelap sekali, tapi berkat senter dan LED Handycam--mereka bisa melihat barang-barang yang terpajang di dalam rumah.
.
Mereka disambut pemandangan kursi kayu berdebu, lemari, lukisan, dan lampu minyak yang tergantung di beberapa tiang serta dinding.
.
Mereka terus menjelajah seisi rumah--merekam apa saja yang terpajang di rumah tersebut. Satu per satu kamar di situ mereka masuki. Tidak ada tanda-tanda keanehan sejauh ini. Rumah itu seperti rumah tak berpenghuni lainnya.
.
Sempat merekam semua isi dalam rumah itu. Tiba-tiba Handycam Yayan mati.
.
"Apa yang terjadi?!"
.
"Entahlah Je, tiba-tiba mati. Mungkin batrenya drop kali."
.
"Nggak mungkin! Aku sudah charger tuh handycam sampai full," celah Lian, "aku percaya apa yang diceritakan warga itu benar. Buktinya saja, handycam itu bisa mati mendadak gitu," tanbahnya.
.
"Sebaiknya kita keluar aja dari sini!" Jeje mulai tak tahan berlama-lama di sana.
.
Namun tiba-tiba, sesosok perempuan rambut panjang memakai gaun putih kusam menampakan diri di hadapan mereka. Ketiganya menjerit spontan dan lari menuju pintu depan. Anehnya, pintu depan sudah terkatup dan tak bisa dikunci.
.
"Kenapa bisa begini?!" Lian makin panik.
.
"Mana kutahu!"
.
"Bukankah tadi kau yang masuk belakangan!" Lian menyalahkan Yayan yang memang masuk belakangan.
.
Tiba-tiba Jeje histeris, lalu jatuh pingsan. Jelas itu membuat Yayan dan Lian heran juga ketakutan.
.
Perlahan keduanya menoleh ke belakang, dan ...,
.
"Kyaaaaaa!!" mereka pun histeris, kemudian lari meninggalkan Jeje tergeletak sendiri.
.
Mereka terus lari tak tentu arah. Tujuan mereka mencari jalan ke luar dari sana. Di saat seperti itu, Yayan dan Lian masih sempat berdebat soal rumah itu.
.
"Apa kubilang?! Mana mungkin warga desa sini bohong tentang rumah ini," rutuk Lian.
.
"Bukankah hal seperti ini yang memang kita cari?!"
.
"Memang! Tapi kali ini posisinya beda. Jeje sudah pingsan di sana, dan handycam mati. Apa masih bisa merekam peristiwa di sini?"
.
Tiba-tina saja, mereka menginjak sesuatu. Baunya amis, membuat mual perut Lian dan Yayan.
.
"Astaga! Ini darah."
.
"Aku bilang juga apa!" Lian masih merutuk.
.
Tiba-tiba mereka mendengar suara tangisan dan orang minta di selamatkan. Tetapi mereka tidak menghiraukan, mereka terus saja lari mencari jalan ke luar dari sana.
.
Secara mengejutkan, sosok perempuan yang sudah membuat Jeje pingsan muncul dihadapan. Hal tersebut membuat keduanya jatuh pingsan.
.
***
.
Lian, Jeje, dan Yayan di temukan warga tergeletak di jalaman rumah tua itu dalam keadaan tak sadarkan diri. Mereka dibawa warga menuju puskesmas.
.
Setelah sadar, mereka menceritakan semua yang mereka alami. Warga di sana makin percaya bahawa rumah itu memang berhantu dan larangan tersebut akan terus berlaku sampai anak cucu dirinya nanti.
.
Sayangnya, hasil rekaman Yayan tidak ada sama sekali dalam handycamnya. Mereka gagal menguak apa yang mereka ketahui tentang rumah itu. Mereka meninggalkan desa dengan tangan hampa.
.
.
.
Sekian.
Demikianlah Artikel Jangan Masuk Rumah Itu!
Sekianlah artikel Jangan Masuk Rumah Itu! kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Jangan Masuk Rumah Itu! dengan alamat link https://ceritahororhantuseram.blogspot.com/2017/06/jangan-masuk-rumah-itu.html