Cannibals and death of Sam

Cannibals and death of Sam - Hallo sahabat kumpulan cerita horor seram dan novel indonesia, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Cannibals and death of Sam, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Urban Legend Dunia, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Cannibals and death of Sam
link : Cannibals and death of Sam

Baca juga


Cannibals and death of Sam


Author: Aslan Yakuza
Seorang pria yang tubuhnya berlumur darah memohon-mohon agar dirinya dibebaskan dari tali yang mengikat tubuhnya di sebuah kayu seukuran tiang listrik, yang menancap kokoh di tanah lantang nan gersang.
Dilihat dari sosoknya, pria itu jelas bukan penduduk asli tempat itu. Kulit putih dan rambut pirangnyalah yang membedakan, tidak seperti orang-orang yang mengelilinginya. Mereka berkulit hitam, juga berpenampilan semeraut. Mereka juga bernyanyi sambil menari-nari memutari pria yang saat itu menangis tersendu.
Beberapa dari mereka mengambil tumpukan kayu bakar yang letaknya tak jauh dari situ. Lalu, melempari pria tersebut dengan kayu bakar yang mereka ambil tadi. Salah satu dari mereka bersuara, seketika itu pula aktifitas mereka berhenti.
Entah apa yang diucapkan pria yang wajahnya penuh tatto juga tindikkan pada telinga dan hidungnya, yang pasti sepertinya ia akan membakar pria itu hidup-hidup.
Dan benar! Tanpa kompromi pria bertatto menjatuhkan obor yang baru saja diserahkan salah satu pengikutnya. Degan cepat api menjalar membakar kayu-kayu kering beserta sang pria.

Suara kesakitan bercampur ketakutan akan kematian terdengar amat memilukan. Memecah keheningan malam suram tanpa satupun Bintang apalagi Bulan. Erangan demi erangan dilontarkan pria yang setengah dari tubuhnya mulai dijalari api. Tetapi, suaranya seolah sirna tertimpa nyanyian dan irama gendang yang dimainkan orang-orang suku pedalaman itu.
Pria yang dibakar hidup-hidup itu tak lagi bersuara, tubuhnyapun sudah keras, menghitam bagai arang. Lalu mereka menyingkirkan beberapa kayu yang masih dilalap api, juga membersihkan bara di sekitaran sang pria yang telah tewas mengenaskan itu.

"Apa yang akan mereka lakukan?" Bisik temanku.
"Entahlah ... kita lihat saja," balasku, tak kalah pelan dari suaranya.
Beberapa saat kemudian mereka menusuk perut pria yang dibakar hidup-hidup itu menggunakan alat semacam pisau namun sepertinya benda itu terbuat dari tulang, lalu merobeknya dari bagian pusar sampai dada, hingga mengeluarkan air yang agak kental dan gumpalan-gumpalan berwarna merah tua.
"Menjijikkan!"
"Sebaiknya kau diam Sam! Nanti kita bisa ketahuan," tegasku.
Dugaanku tidaklah salah, usai merobek perut sang pria dan mengeluarkan jeroannya, mereka berebut merobek daging pria malang yang belum sepenuhnya matang dengan gigi mereka. Terlihat, rembasan air ke luar saat kulit yang legam itu dikoyakkan. Sungguh ngeri dan menjijikkan, membuat Sam, muntah-muntah.
"Celaka!"
Akibat suara Sam, muntah, keberadaan kami yang bersembunyi di balik tumpukan jerami diketahui orang-orang itu. Sadar akan bahaya yang mengancam, aku berupaya menyeret Sam, yang masih belum sudah mengeluarkan isi dalam perutnya.
Terdengar suara gendang juga seruan-seruan yang tidak kupahami semakin pecah bersautan. Sesekali aku menoleh ke belakang, dan menyaksikan belasan orang yang hanya menutupi bagian intim mereka saja itu melompat-lompat seperti kera sambil terus mengejar aku dan Sam.
Aku terus berupaya agar Sam, tetap bersamaku. Perlahan-lahan Sam juga mulai membaik dan bisa berlari sendiri tanpa harus kupapah lagi. Akan tetapi, sial bagi Sam, yang langkahnya terpaksa berhenti karena jebakan yang menjerat kakinya. Jebakan yang sepertinya dibuat oleh suku pedalam gila itu menjerat kaki Sam, serta melukai bagian paha Sam, dengan tulang-tulang runcing. Sam menjerit, tak bisa bergerak lagi. Aku berupaya membebaskan Sam dari jebakan itu, saat orang-orang suku semakin mendekati kami.
"Pergilah! Kau harus tetap hidup untuk menceritakan kejadian ini!"
"Tidak Sam! Kita akan pulang bersama," jawabku yang mulai putus asa melihat orang-orang itu semakin dekat saja.
"Pergilah Rul ... kau harus tetap hidup. Percuma, usahamu itu! Jebakan ini tetap akan membunuhku," kata Sam, sambil tersenyum.
"Tidak Sam! Aku pasti melepaskan jebaka ini darimu."
"Khoirul ... sudahlah ... percuma saja. Meski aku bebas, benda ini akan tetap membunuhku," ujar Sam, lalu berbaring dan menunjukkan sesuatu yang menancap di dadanya.
"Ya, Tuhan ...," sungguh aku tidak percaya melihat benda itu menancap di dada Sam. Darah segar Sam mulai merembas dari cela benda seukuran tombak itu.
Sementara, jarak kami dan orang suku sudah benar-benar dekat.
"Pergilah ... Rul!" ucap Sam, sebelum mengembuskan napas terakhir.

Dengan sangat terpaksa aku meninggalkan jasad Sam yang masih terjerat. Aku tak tahu tindakanku itu benar tidaknya, yang pasti saat itu aku berupaya lari secepat mungkin berharap tetap hidup untuk membawa kisah ini seperti yang Sam, inginkan.
Setelah berlari amat jauh, aku akhirnya mampu ke luar dari hutan; sekaligus lolos dari kejaran orang suku yang tinggal di hutan itu. Dengan napas memburu, aku membaringkan tubuh pada kursi bambu yang berada di pelataran kediaman salah satu penduduk di sana.

Akan tetapi, tiba-tiba seorang kakek tua menghampiriku. Ia langsung berpesan, "Jangan pernah ceritakan kejadian ini, apalagi sampai kembali ke hutan itu!"
Aku menolehnya. Dengan napas yang masih tak teratur aku bertanya. "Hhhh, hah, hah, kenapa?"
"Atau kau akan mati!" jelas si kakek, lalu membuka bajunya dan memerlihatkan deretan tatto yang persis seperti tatto suku kanibal di hutan itu.
Aku terpaku. Kakek itu lalu meninggalkan aku.
***
Ancaman sang kakek benar-benar membuatku takut. Sampai saat ini tidak seorangpun pernah kuberitahu soal suku kanibal itu juga kematian Sam. Aku hanya memberikan kesaksian palsu pada pihak berwajib terkait hilangnya Sam. Aku mengatakan, Sam diterkam Singa saat kami hendak kembali usai menjelajah hutan demi mempelajari kegiatan Fauna.
Namun, usiaku semakin tua, dan aku tidak pernah tahu kapan ... ragaku ini akan kaku jika tiba waktunya penjemputan jiwaku ini. Karena itulah aku menuliskan kisah kematian Sam, yang sebenarnya, dan kisah ini kuberi judul ... "Cannibals and death of Sam".
Sekian.


Demikianlah Artikel Cannibals and death of Sam

Sekianlah artikel Cannibals and death of Sam kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Cannibals and death of Sam dengan alamat link https://ceritahororhantuseram.blogspot.com/2017/06/cannibals-and-death-of-sam.html