Judul : Bocah Petaka
link : Bocah Petaka
Bocah Petaka
Kulihat jam dinding sudah pukul 10 malam,seisi kantor pun sudah tampak kosong. Dengan tergesa gesa aku pun beranjak dari meja kerjaku dan pergi pulang menggunakan sepeda motor. Baru dua hari aku ditugaskan didaerah ini,oleh karenanya aku belum tahu betul mencari jalan potong supaya cepat sampai rumah. Lagi lagi aku harus melewati jalan aspal panjang yang begitu gelap dan menakutkan itu.
Selama diperjalanan sesekali aku merasa menggigil karena udara saat itu sangat dingin,ditambah lagi hujan yang rintik rintik mulai turun. Aku pun semakin memacu motorku secepat yang aku mampu. Aku tidak berani melihat sekelilingku karena pohon pohon tebu yang tumbuh menjulang disekeliling jalan terlihat goyang goyang karena ditiup angin,sehingga tampak sangat menyeramkan. Sesekali juga aku mengusap usap kaca helmku yang sudah mulai basah supaya pandanganku tidak terganggu.
Namun disaat yang bersamaan 'BRAAKKK...' aku menabrak sesuatu yang rasanya seperti suatu benda yang sangat besar. Aku tidak sempat untuk menghindar. Kuhentikan laju motorku lalu kutoleh ke belakang ternyata seorang anak kecil kira kira usia belasan tahun. ''ya ampun...'' sahutku dengan takut. Kepalanya pecah berlumur darah sambil terbaring diatas aspal dan menggelepar gelepar kesakitan. Kaki dan tangannya juga patah. Aku tidak berani kembali ke belakang untuk menyelamatkannya karena bisa bisa aku malah dimassa oleh orang orang yang lewat dilintasan itu. Maka aku putuskan untuk segera pergi meninggalkannya.
Semakin kupacu motorku yang sudah ringsek bagian depannya. Semoga tidak ada seorangpun yang melihat kejadian ini,pikirku. Tidak berapa lama aku pun melihat sebuah warung yang masih buka dipinggir jalan. Karena sangkin takutnya maka aku pun berhenti dan menaruh motorku didalam semak semak dan berjalan ke dalam warung. Kulihat warung sangat sepi sambil mendudukkan tubuhku disebuah kursi kayu panjang,lalu memesan segelas kopi hangat.
''sepi ya bu'' kataku kepada yang empunya warung sambil meneguk kopi. Ibu itu cuma diam sambil sibuk mengurusi warungnya. Aku pun terdiam. Kulihat ibu itu seperti sedang banyak masalah,apalagi ditambah wajahnya yang kusut. Tubuhnya kurus dan rambutnya juga tampak sangat acak acakan. Ia tiba tiba memandangku tajam dan mulai membuka mulutnya ''ia nak,semenjak putraku satu satunya pergi warung terlihat sepi''. ''kemana bu?'' tanyaku semangat sambil terus meneguk kopiku yang mulai terasa dingin. ''jauh nak,ibu pun kurang tahu. katanya dia mau kembali,tapi nyatanya sekarang..'' balasnya sambil mulai menitikkan air mata dan sesekali ketawa. ''sabar ya bu,dia pasti kembali'' gumamku.
Lalu ibu itu beranjak dari duduknya dan pergi kearah belakang warung sambil membawa sepucuk bunga yang baunya sangat menusuk hidungku. Tidak berapa lama,ia kembali dan masuk kekamarnya. Dalam keheningan,aku teringat dengan seorang bocah naas tadi. Sesekali kuperhatikan kearah jalan siapa tahu ada orang yang mencari cariku. Malampun semakin dingin ditambah dengan hujan yang sudah mulai deras.
''hanya ini yang ditinggalkannya'' kata ibu itu sambil keluar dari kamarnya. Ia memperlihatkanku sebuah baju berwarna merah. Ku raih baju itu dari genggamannya dan kuperhatikan lebih seksama,sepertinya itu bekas darah. Dan baunya sangat amis. Aku bingung dan ketakutan. Tanganku gemetaran. Tiba tiba ibu itu merampas kembali baju itu dari tanganku. Ibu itu semakin menangis sejadi jadinya sambil kembali lagi masuk kedalam kamarnya.
Campur aduk yang ada dipikiranku kini. Ku beranikan diriku untuk melangkah perlahan lahan menuju arah belakang warung itu. Karena aku ingin tahu kemana ibu itu menaruh bunga yang dibawanya tadi. Tidak ada cahaya sama sekali dibelakang dan seketika tubuhku merinding hebat. Aku pun mulai mencium aroma bunga tadi. Perlahan aku pun berjalan menelusuri area gelap itu. Samar samar aku melihat sebuah gundukan tanah yang kurang terawat. Semakin kuarahkan pandanganku kearahnya. Ternyata sebuah makam yang terdapat diatasnya batu nisan putih. Yang membuat jantungku berdetak kencang ialah meninggalnya sudah lama,lima tahun yang lalu. Aku pun berlari meninggalkan area itu dan keringat dingin membasahi tubuhku.
Aku kembali ke tempat dudukku tadi sambil meneguk kembali kopiku. ''berarti putra ibu ini sudah lama meninggal. tapi kenapa dia katakan pergi? gawat,ibu ini pasti tidak waras'' sahutku dalam hati. ''tapi,apa mungkin putranya itu bocah yang kutabrak tadi? tidak,tidak mungkin,ini pasti tidak mungkin....'' sahutku lagi. Aku pun mengenakan jaketku dan bersiap untuk pergi pulang. ''hey nak,jangan pulang dulu. saya masih mau cerita'' kata ibu itu sambil keluar dari kamarnya. Kulihat wajahnya semakin kusam. Aku pun kembali ketempat dudukku tadi dan merogoh dompetku untuk segera membayar.
''tapi nak,saya sangat senang. dengar dengar,orang yang membawa pergi putraku itu katanya sudah cacat karena sebuah kecelakaan. tangan dan kakinya putus'' kata ibu itu sambil tertawa. Aku sejenak terdiam lalu pergi tanpa menghiraukan ucapannya. Ku starter motorku dan kudengar ibu itu masih bicara sambil berteriak dan melambai lambaikan tangannya kearahku ''HATI HATI DIJALAN YA NAK...!!'' Aku pun tidak berani melihat wajahnya dan ku gas motorku sekuat tenaga berlalu dari hadapannya.
Tiba tiba 'BRAAKKK..' aku pun terjatuh dari motor setelah berusaha mengelakkan seorang bocah yang seketika menyebrang ditengah jalan, wajahnya mirip dengan bocah yang kutabrak tadi. Lokasinya tidak jauh dari warung tadi. Aku pun mengerang kesakitan. Kulihat darah berceceran dimana mana,tangan dan kakiku tidak lagi melekat ditubuhku. Bocah tadi tertawa tawa kegirangan sambil memperlihatkan wajahnya yang mengerikan.
Demikianlah Artikel Bocah Petaka
Sekianlah artikel Bocah Petaka kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Bocah Petaka dengan alamat link https://ceritahororhantuseram.blogspot.com/2018/05/bocah-petaka.html